Kamis, 04 Februari 2010

20 Kiat Membangkitkan Motivasi Belajar Anak

Kiat pertama: kenali ciri-cirinya.

Semangat dan motivasi belajar anak tak berbeda dengan semangat dan motivasi orangtua ketika bekerja. Ada kalanya semangat dan motivasi belajar anak meningkat, dan ada kalanya semangat dan motivasi belajar anak menurun. Saat semangat dan motivasi belajar anak sedang meningkat, orangtua hendaknya mempertahankan kondisi tersebut. Orangtua harus cepat tanggap dalam mengenali ciri-ciri saat semangat dan motivasi belajar anak menurun. Jika sudah dapat mengenali ciri-cirinya, orangtua harus berupaya untuk meningkatkan kembali motivasi belajar anak.

Kiat kedua: ciptakan suasana sehat dalam keluarga.
Suasana keluarga sangat berpengaruh pada motivasi dan semangat belajar anak. Suasana keluarga yang sehat akan membuat anak merasa nyaman tinggal di rumah. Akan tetapi, rumah tangga memang tidak selamanya bisa berada dalam suasana yang menyenangkan. Namun demikian, anak jangan sekali-kali dilibatkan dalam kemelut rumah tangga. Kemelut dalam rumah tangga akan menimbulkan dampak negatif pada semangat dan motivasi belajar anak.

Kiat ketiga: tekankan keberhasilan.
Ketika anak mendapatkan nilai merah, ada kalanya anak merasa telah gagal. Jika hal ini terjadi, semangat dan motivasi belajar anak akan menurun. Seringkali hal ini diperparah dengan sikap orangtua yang memojokkan anak. Seharusnya, orangtua berperan untuk meningkatkan kembali kepercayaan diri anak dengan cara menanamkan pengertian bahwa ia akan mampu mencapai keberhasilan jika dapat mengatasi kegagalannya, karena kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda.

Kiat keempat: caci maki itu menyakitkan.
Caci maki seringkali keluar dari lisan orangtua ketika mendapati kenyataan anaknya tidak dapat mengerjakan tugas sekolah yang menurut pandangan orangtua sangat mudah dikerjakan. Caci maki itu seringkali ditujukan untuk membangkitkan motivasi belajar anak. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Dengan caci maki, rasa percaya diri anak akan menurun, sehingga motivasi belajar anak akan menurun pula. Oleh karena itu, hindarilah mencaci maki anak ketika ia tidak mampu mengerjakan tugasnya. Bimbinglah anak dengan baik guna menyelesaikan tugas tersebut.

Kiat kelima: tentukan prioritas utama.
Bermain merupakan dunia anak-anak. Orangtua seringkali bersikap otoriter dengan cara memerintahkan anak untuk terus belajar dan melarang anak untuk bermain. Seharusnya, orangtua dapat melakukan kompromi dengan anak. Orangtua bisa memberikan syarat kepada anak, jika ingin bermain, terlebih dahulu anak harus belajar. Dengan adanya kompromi, anak dan orangtua akan sama-sama merasa senang.

Kiat keenam: tiap anak memiliki karakter yang berbeda.
Orangtua seringkali membandingkan kemampuan seorang anak dengan saudara kandungnya yang lebih hebat. Masing-masing anak memiliki pribadi tersendiri. Tidak bisa dijadikan alasan, jika dua anak adalah sama-sama anak kandung, keduanya harus mempunyai ‘kualitas’ yang sama. Jangan biarkan anak merasa terbayang-bayangi oleh kesuksesan saudara-saudaranya.

Kiat ketujuh: dia bukan anda!
Ada kalanya orangtua membanding-bandingkan dirinya dengan anak-anaknya. Anak-anak bukanlah ‘bayang-bayang’ orangtua, yang harus meniru keberhasilan orangtuanya. Cerita kehebatan orangtua memang berfungsi untuk membangkitkan motivasi anak, akan tetapi akan lebih bermanfaat jika oangtua membantu anak ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar, bukan justru membandingkan anak dengan kehebatannya di masa lalu.

Kiat kedelapan: rumput hijau tampak lebih hijau.
Selain membandingkan dengan kemampuan saudara kandung dan kemampuan orangtua, tak jarang pula orangtua membandingkan kemampuan belajar anaknya dengan kemampuan anak-anak lain. Memang, rumput di halaman rumah tetangga seringkali terlihat lebih hijau warnanya dibandingkan rumput di halaman rumah sendiri. Akan lebih bijaksana jika kita membina anak untuk belajar dengan baik sehingga kemampuannya menjadi baik tanpa harus membandingkannya dengan anak orang lain.

Kiat kesembilan: dia bukan ‘manusia super’!
Orangtua memang dapat berupaya sekuat tenaga guna meningkatkan motivasi dan semangat belajar anaknya. Orangtua juga dapat mendatangkan guru les privat atau mengikutsertakannya dalam bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasinya. Namun demikian, orangtua juga harus mengingat bahwa kemampuan anak sesungguhnya terbatas. Oleh karena itu, jangan tuntut anak untuk mencapai kesempurnaan, karena anak bukanlah manusia super!

Kiat kesepuluh: jangan lupakan faktor eksternal.
Selain faktor internal, faktor eksternal sangat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi dan semangat belajar anak. Jika lingkungan sekolah, tempat anak menuntut ilmu, sudah dirasakan akan tidak menyenangkan, maka semangat belajarnya bisa saja menurun. Selain itu, faktor guru yang galak dan suka menghukum, serta teman-teman yang suka mengancam juga dapat menurunkan motivasi dan semangat belajar anak.

Kiat kesebelas: jadilah orangtua yang supportive.
Orangtua biasanya cenderung hanya melihat kesalahan atau ketidakbenaran yang dilakukan anaknya. Jika anak melakukan suatu kebenaran atau kebaikan, biasanya orangtua tidak terlalu menunjukkan rasa senangnya. Hal ini disebabkan karena orangtua menganggap bahwa kebaikan atau kebenaran merupakan hal yang memang sudah semestinya anak lakukan. Sangat berbeda dengan reaksi orangtua jika anaknya melakukan kesalahan. Hal ini harus dihindari. Anak juga butuh reward untuk memotivasinya terus melakukan kebaikan.

Kiat kedua belas: merangkak sebelum berjalan.
Sebelum berjalan, anak harus merangkak terlebih dahulu. Demikian pula dalam pemberian porsi waktu belajar. Jika langsung mematok jumlah jam belajar setiap hari yang terlalu ‘tinggi’ untuk anak, bisa jadi membuat anak keberatan sehingga justru akan membuatnya merasa malas untuk belajar. Oleh karena itu, tetapkan porsi waktu belajar secara bertahap.

Kiat ketiga belas: televisi bukan musuh!
Ketika anak gagal dalam pelajarannya, orangtua seringkali menyalahkan televisi sebagai biang kerok kegagalan anaknya. Televisi bukanlah musuh untuk anak. Dengan pengaturan dan bimbingan yang tepat, anak akan tetap terjaga semangat belajarnya dan sekaligus menonton televisi.

Kiat keempat belas: berikan anak hadiah yang mendidik.
Ketika anak berhasil, orangtua pasti akan gembira, yang diwujudkan dengan memberikan anak sejumlah hadiah. Ada orangtua yang membelikan televisi ataupun komputer ketika anaknya berhasil mencapai prestasi. Memberikan hadiah bukan merupakan hal yang salah. Akan tetapi, akan lebih baik jika orangtua tetap melakukan pengawasan dan kontrol yang baik pada anak. Akan lebih baik lagi jika orangtua memberikan hadiah yang mendidik.

Kiat kelima belas: pujian dan rangsangan.
Ketika anaknya meraih keberhasilan, orangtua seringkali tidak memperlihatkan kegembiraannya, sangat bertolak belakang jika mendapati anaknya mengalami kegagalan. Pujian dari orangtua akan menyenangkan hati anak. Ia akan merasa jerih payahnya dihargai orangtuanya. Perasaan senang dan bangga ini akan membuat semangat dan motivasi belajarnya meningkat.

Kiat keenam belas: kamar adalah istananya.
Pemberian kamar pribadi berikut perlengkapan penunjang belajar akan membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak. Namun demikian, jangan lupakan untuk melakukan pengawasan yang ketat atas berbagai fasilitas yang orangtua berikan.

Kiat ketujuh belas: pengalaman adalah guru yang terbaik.
Sungguh baik jika orangtua mengajak anaknya untuk mengunjungi tempat-tempat yang sesuai untuk menunjang pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan di kelas, seperti jalan-jalan ke sawah, ke museum, ke candi, serta tempat-tempat lainnya yang dapat menambah pengalaman anak. Dengan demikian, anak akan merasakan asyiknya belajar sekaligus menghindarkan dirinya dari kebosanan.

Kiat kedelapan belas: mendongengkan pelajaran? Siapa takut!!
Mendongengkan pelajaran kepada anak barangkali merupakan suatu gagasan yang aneh. Sekalipun demikian, tidak ada salahnya bagi orangtua untuk mencoba dan mempraktekkannya. Akan lebih baik lagi jika kegiatan mendongeng ini dilengkapi dengan alat peraga agar anak lebih mudah memahami pelajaran melalui mendongeng.

Kiat kesembilan belas: intan dan batu bara.
Tidak sedikit orangtua yang berusaha memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah favorit yang mereka anggap memiliki mutu pendidikan yang terbaik. Tidak sedikit pula orangtua menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah favorit hanya demi gengsi. Padahal, dengan masuknya anak ke sekolah favorit belum menjamin anak akan menjadi langsung pintar. Hal ini disebabkan karena setiap anak memiliki kemampan yang berbeda-beda. Tugas orangtua adalah berusaha membangkitkan motivasi dan semangat belajar anak. Bangkitnya semangat dan motivasi belajar anak diharapkan dapat memaksimalkan kemampuan anak tanpa tergantung di mana ia bersekolah.

Kiat kedua puluh: les tambahan bukan segala-galanya!
Orangtua hendaknya jangan terburu-buru mengikutsertakan anak dalam kegiatan les tambahan ketika prestasi anak manurun. Carilah penyebabnya terlebih dahulu. Jangan terburu-buru menyalahkan anak, apalagi menyalahkan pihak sekolah sebagai penyebab menurunnya prestasi belajar anak. Yang terpenting, orangtua harus menyadari bahwa kemampuan anak sesungguhnya terbatas. Meskipun orangtua memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk meningkatkan prestasinya, jika kecerdasan anak memang terbatas, maka kemungkinan pencapaian prestasi tinggi itu juga akan sulit untuk terwujud.

1 komentar:

Materi essensial Ujian Sekolah

  MATERI UJIAN SEKOLAH 1. TRANSAKSIONAL/INTERPERSONAL 1.   ungkapan meminta maaf yang benar  2.  ungkapan terimakasih 2. Teks Fungsional Pen...